~~~~~~~
SEANDAINYA TIDAK ADA AKU...
~~~~~~~
📦 Ada semacam bangga ketika biasa memberikan sesuatu kepada orang lain. Rasanya menjadi lebih baik dari selainnya. Karena kita sebagai pemberi, telah memberikan jasa dan kebaikan. Sehingga kita menganggap diri kita mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang tersebut. Buktinya, ketika orang tadi diam, tidak berterima kasih, ada sesuatu dalam diri kita.
Apakah demikian❓
Siapakah yang menjamin bahwa pemberi lebih baik dari yang diberi❓
🥀 Padahal belum tentu sang pemberi adalah orang yang ikhlas, tanpa pamrih manusia. Bisa jadi pula sang penerima adalah seorang yang menjaga kehormatannya, bukanlah tipe orang yang suka meminta-minta.
Bukankah bangga diri, merasa lebih baik dari orang lain itu adalah ujub?
Bukanlah ujub adalah pangkal kesombongan?
Sementara Allah Subhanahu wata'ala mengharamkan surga bagi manusia yang sombong.
🤝🏻 Nampaknya kita harus sering memberi dan berbagi, agar hati bisa selalu berlatih untuk tidak merasa lebih baik daripada orang lain. Di samping terus belajar bersyukur atas berbagai kemudahan itu.
👉🏻💥 Bersedih atau marah ketika datang kritikan, tidak mau dicacat dan disalahkan. Apabila kita seperti itu, maka selayaknya waspada terhadap ancaman di belakangnya yang jauh lebih besar.
💦 Ketika semangat semakin menyala saat dipuji, usaha bertambah giat dengan sanjungan orang, maka pastikan bahwa kita telah mengidap penyakit berbahaya.
🚲💨💨 Segera lakukan terapi khusus untuk memupusnya.
💦 Tabiat suka pamer, ingin dilihat dan diperhatikan, tidak suka dikritik dan disalahkan adalah bibit-bibit riya’.
⚠ Sebelum menjadi sebab batalnya pahala, kita harus segera mengusirnya.
📍 Di antara bibit riya’:
👉🏻 ketika salah satu dari kita sibuk mencari berbagai alasan.
👉🏻 Saat tidak tampak dalam kegiatan bersama, berbagai agenda dadakan disampaikan.
👉🏻 Khawatir kalau keberadaan kita diragukan. Khawatir seandainya adanya kita dianggap tidak ada.
👉🏻 Intinya bagaimana agar kita tetap sebagai orang yang penting. Wah❗
🥀 Memang berat menjaga keikhlasan. Sungguh sulit menghilangkan riya dan senang dipuji. Apalagi bentuk riya’ sangat beragam jenis dan macamnya.
●> Abdullah bin Abbas rahimahullah menjelaskan,
الأَنْدَادُ هُوَ الشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ، فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ
“Tandingan adalah kesyirikan. Lebih lembut dari langkah semut hitam yang berjalan di atas batu hitam dalam gelapnya malam.”
[Tafsir Ibnu Katsir surat Al Baqarah:22].
🔖 Pantas saja, Nabiyullah Ibrahim alaissalam , sangat takut dari kesyirikan ini. Padahal beliau adalah kekasih Allah Subhanahu wata'ala, Ayah para nabi, Imam ahli tauhid.
🤲🏻 Perhatikan doa beliau,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa,
‘Ya Rabbku, jadikanlah negeri Ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala."
[Q.S. Ibrahim:35].
●> Ibrahim At Taimiy rahimahullah, seorang ulama generasi tabi’in mengatakan,
“Lalu siapakah yang merasa aman dari bencana ini (kesyirikan), padahal Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak merasa aman darinya?”
[Tafsir Ibnu Jarir dan Tafsir Ibnu Abi Hatim].
☝🏻Nampaknya hanya rahmat Allah Subhanahu wata’ala yang kita harapkan dari kesungguhan menuntut ilmu agar bisa mengenal dan mengidentifikasi berbagai bentuk riya’.
☝🏻 Setelahnya, semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan taufik kepada kita untuk bisa menjauhinya.
✍ [Ustadz Farhan] http://tashfiyah.com/kalo-bukan-karena-aku/
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
🍃Turut menyebarkan:
🍃Turut menyebarkan:
WA 🌹syarhus sunnah lin nisaa
Channel Telegram:
Karena Engkau Wajib Menuntut Ilmu
🇸 🇸 🇱 🇳
••••🌸▫🌸▫🌸▫🌸••••
📬 Diposting ulang hari Jum'at, 20 Jumadil Akhir 1441 H / 14 Februari 2020 M