http://t.me/NAmanhaj
Pertemuan 29
KAJIAN MANHAJ
Dari kitab:
Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if
(Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah dalam Mengkritisi Orang, Kitab dan Golongan)
Penulis:
Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali حفظه الله تعالى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:
PENJELASAN TENTANG DALIL-DALIL ORANG YANG BERPENDAPAT WAJIBNYA MUWAZANAH ANTARA PENYEBUTAN SISI POSITIF DAN NEGATIF KHUSUSNYA PADA AHLUL BID'AH
2. AHMAD BIN ABDURRAHMAN AS-SUUYAN BERKATA,
"Al-Muwazanah (seimbang) antara sisi positif dan negatif: Apabila telah jelas bahwa seseorang -betapapun tinggi kedudukannya- bisa benar dan bisa salah, maka kita tidak boleh menolak semua hasil usahanya, akan tetapi kita harus melihat pendapat-pendapatya yang mencocoki al-haq, lalu kita mengambilnya, adapun kesalahan-kesalahannya kita buang. Maka muwazanah antara sisi positif dan negatif adalah makna adil dan bijaksana yang sesungguhnya, berikut ini penjelasan tentang permasalahan ini disertai dalil-dalil dan penguat-penguatnya..." (Dari kitab Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah dalam Menilai para Perawi serta Hasil-hasil Karya Mereka, hal. 27, karya Ahmad bin Abdurrahman As-Suuyaan).
BANTAHAN DARI ASY-SYAIKH RABI' حفظه الله تعالى
Saya (yakni Asy-syaikh Rabi' حفظه الله تعالى) berkata, "Tidak perlu membahas para imam mujtahidin yang mana mereka telah berijtihad dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya baik secara zahir maupun batin, dalam keadaan mereka berusaha mencari al-haq dengan ijtihad mereka sebagaimana perintah Allah dan Rasul-Nya (lihat Al-Fatawa 3/318). Maka mereka mendapati dua pahala jika mereka benar, dan mendapati satu pahala jika salah, penjelasan tentang hal ini telah disebutkan sebelumnya.
Akan tetapi yang ada dalam pembahasan kita ini tentang ahlul bid'ah, orang-orang yang sesat dan menyimpang, serta orang-orang yang jahil, yang Allah ta'ala telah berfirman tentang mereka ini:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ
"Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang membuat syariat untuk mereka dari orang-orang yang tidak mendapat izin dari Allah." QS. Asy-Syura: 21
Juga Allah ta'ala berfirman tentang keadaan mereka,
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ. وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Katakanlah: "Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya." QS. Al-A'raf: 33-34
Dan pembahasan kita ini juga tentang orang-orang yang berani berfatwa tanpa ilmu, orang-orang yang membuat manhaj-manhaj, membuat qaidah-qaidah, membuat ushul-ushul yang semuanya jauh dari manhaj Islam dan tanpa didasari dalil-dalil dan hujjah, Allah ta'ala berfirman tentang mereka ini:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung." QS. An-Nahl: 116
Dan juga pembahasan kita tentang pengikut-pengikut mereka, dimana Allah Ta'ala berfirman tentang orang-orang yang serupa dengan mereka :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah." QS. At-Taubah: 31
Orang-orang seperti yang disebutkan dalam ayat di atas adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai jawaban dari perkataan sahabat Adi ibnu Hatim رضي الله عنه:
"Demi Allah, kami tidak menyembah mereka!!"
Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepadanya,
أليس يحلون الحرام فتحلونه، ويحرمون الحلال فتحرمونه؟
"Bukankah mereka menghalalkan yang haram lalu kalian juga menghalalkannya, dan mereka mengharamkan yang halal lalu kalian juga mengharamkannya?"
Maka sahabat Adi bin Hatim رضي الله عنه menjawab, "Iya."
Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
فتلك عبادتهم.
"Maka itulah (maknanya) menyembah/beribadah kepada mereka."
HR. Sunan At-Tirmidzi (5/278), Sunan Al-Baihaqi (10/116).
Bersambung insya Allah
•••━════━•••
Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Senin, 26 Rabi'ul Akhir 1441 H / 23 Desember 2019.
______
Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.
Barakallahu fikunna
#NAManhaj #NAManhaj29
======================
Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if yang telah berlalu, silakan mengunjungi:
Channel Telegram
● http://t.me/NAmanhaj
● http://t.me/nisaaassunnah
Website
● http://www.nisaa-assunnah.com/p/namanhaj.html
● http://www.nisaa-assunnah.com
Nisaa` As-Sunnah
Tags:
NAManhaj