KAJIAN TAUHID
Dari kitab:
Tsalatsatul Ushul
(Tiga Landasan Utama)
Penulis:
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab رحمه الله تعالى
Syarah/Penjelasan oleh:
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد
HUKUM TINGGAL (MUQIM) DI NEGERI KAFIR
Adapun muqim/menetap di negeri kafir, sangat berbahaya bagi agama, akhlak, perilaku dan adab seorang muslim.
Sungguh kita dan yang lainnya telah menyaksikan penyimpangan mayoritas orang yang tinggal di sana, mereka pulang dalam keadaan yang berbeda dengan kondisi mereka ketika berangkat. Mereka kembali dalam keadaan telah menjadi orang-orang fasik, dan sebagian mereka pulang dalam keadaan telah murtad dari agamanya, kafir terhadap agama Islam, bahkan mengingkari semua agama (atheis) -kita berlindung kepada Allah dari yang seperti itu- bahkan mereka menjadi seorang penentang secara keseluruhan, istihza' (mengolok-olok) agama Islam dan pemeluknya yang dahulu maupun yang kemudian.
Oleh karena itu, sepantasnya dan bahkan seharusnya ada penjagaan dari hal itu, dan diberikan syarat-syarat yang dapat mencegah keinginan dari berbagai kerusakan tersebut.
MAKA TINGGAL DI NEGARA KAFIR HARUS MEMENUHI DUA SYARAT POKOK:
1. SYARAT PERTAMA
Orang yang akan tinggal di negeri kafir tersebut harus dapat dipercaya dalam memegang teguh agamanya, di mana dia harus memliki ilmu syar'i, iman, niat yang kuat, yang dapat membuatnya tenang untuk tetap teguh di atas agamanya, dan berhati-hati dari penyimpangan dan ketergelinciran, dan dia harus tetap rasa kebencian dan permusuhan (baro') terhadap orang-orang kafir, agar tidak berwala' dan cinta kepada mereka, karena wala' dan cinta kepada orang-orang kafir dapat menafikan/menghilangkan keimanan kepada Allah.
Allah ta'ala berfirman,
"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau keluarga mereka." QS. Al-Mujadilah :22).
Dan Allah ta'ala juga berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (QS. Al-Maidah: 51-52)
✅ Dan telah tsabit periwayatan dalam kitab Ash-Shahih dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Bahwasanya siapa yang mencintai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka, dan sesungguhnya seseorang itu bersama orang yang dicintainya.
⚡ Maka mencintai musuh-musuh Allah adalah bahaya terbesar bagi seorang Muslim, karena mencintai mereka akan mengharuskan menyesuaikan diri dan mengikuti mereka, atau minimal tidak ada lagi pengingkaran terhadap mereka, oleh karena itu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Barangsiapa mencintai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Adab, bab 'Tanda cinta Allah azza wajalla, dan Muslim, Kitab Ash-Shilah, bab Seseorang itu bersama orang yang dicintainya
2. SYARAT KEDUA
Bersambung insya Allah
•••━══ ❁✿❁ ══━•••
Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Kamis, 11 Shafar 1441 H / 10 Oktober 2019.
______
Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.
Barakallahu fikunna
#NATauhid #NAT136
====================
Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Tsalatsatul Ushul yang telah berlalu, silakan mengunjungi:
MAKA TINGGAL DI NEGARA KAFIR HARUS MEMENUHI DUA SYARAT POKOK:
1. SYARAT PERTAMA
Orang yang akan tinggal di negeri kafir tersebut harus dapat dipercaya dalam memegang teguh agamanya, di mana dia harus memliki ilmu syar'i, iman, niat yang kuat, yang dapat membuatnya tenang untuk tetap teguh di atas agamanya, dan berhati-hati dari penyimpangan dan ketergelinciran, dan dia harus tetap rasa kebencian dan permusuhan (baro') terhadap orang-orang kafir, agar tidak berwala' dan cinta kepada mereka, karena wala' dan cinta kepada orang-orang kafir dapat menafikan/menghilangkan keimanan kepada Allah.
Allah ta'ala berfirman,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ
"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau keluarga mereka." QS. Al-Mujadilah :22).
Dan Allah ta'ala juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51) فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَىٰ أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ ۚ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (52)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (QS. Al-Maidah: 51-52)
✅ Dan telah tsabit periwayatan dalam kitab Ash-Shahih dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
أن من أحب قوما فهو منهم، وأن المرأ مع من أحب.
"Bahwasanya siapa yang mencintai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka, dan sesungguhnya seseorang itu bersama orang yang dicintainya.
⚡ Maka mencintai musuh-musuh Allah adalah bahaya terbesar bagi seorang Muslim, karena mencintai mereka akan mengharuskan menyesuaikan diri dan mengikuti mereka, atau minimal tidak ada lagi pengingkaran terhadap mereka, oleh karena itu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
من أحب قوما فهو منهم.
"Barangsiapa mencintai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Adab, bab 'Tanda cinta Allah azza wajalla, dan Muslim, Kitab Ash-Shilah, bab Seseorang itu bersama orang yang dicintainya
2. SYARAT KEDUA
Bersambung insya Allah
•••━══ ❁✿❁ ══━•••
Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Kamis, 11 Shafar 1441 H / 10 Oktober 2019.
______
Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.
Barakallahu fikunna
#NATauhid #NAT136
====================
Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Tsalatsatul Ushul yang telah berlalu, silakan mengunjungi:
Website
● http://www.nisaa-assunnah.com/p/natauhid.html
● http://www.nisaa-assunnah.com
🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀