◎
*💡🔆KEWAJIBAN ORANG YANG BERHUTANG UNTUK MENJELASKAN KEADAANNYA DALAM PELUNASAN HUTANGNYA, KEPADA PEMIUTANG (Orang Yang Memberi Hutang)🔆💡*
☝🏼Jika seseorang memerlukan untuk berhutang dan merasa mampu untuk melunaskannya, maka hal itu boleh baginya, akan tetapi semestinya dia jelaskan keadaannya kepada pemiutang sehingga dengan itu dia tidak menipu dan tidak memperdaya padanya jika dia terlambat atau tidak mampu untuk melunaskan.
🎓 Ibnu Qudamah berkata;
وَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَسْتَقْرِضَ ، فَلْيُعْلِمْ مَنْ يَسْأَلُهُ الْقَرْضَ بِحَالِهِ ، وَلَا يَغُرُّهُ مِنْ نَفْسِهِ ، إلَّا أَنْ يَكُونَ الشَّيْءُ الْيَسِيرُ الَّذِي لَا يَتَعَذَّرُ رَدُّ مِثْلِهِ .
_"Barang siapa yang hendak berhutang maka hendaklah dia beritahu keadaannya kepada pemiutang, dan janganlah dia menipunya dengan penampilannya, kecuali jika (nilai hutang) itu dalam jumlah kecil yang tidak sulit (berat) untuk melunaskannya."_ (Al-Mughni 6/430)
🎓 Syaikh Ibnu Utsaymin berkata;
"فلهذا ينبغي للإنسان أن لا يقترض إلا لأمر لا بد منه .هذا إذا كان له وفاء ؛ أما إذا لم يكن له وفاء ، فإن أقل أحواله الكراهة ، وربما نقول بالتحريم ، وفي هذه الحال يجب عليه أن يبين للمقرض حاله ؛ لأجل أن يكون المقرض على بصيرة "
_"Oleh sebab itu tidak seharusnya orang itu berhutang kecuali dalam masalah yang memang mendesak itu pun jika dia mampu melunaskannya, adapun jika dia tidak mampu (tidak ada yang dia andalkan/harapkan) untuk melunaskannya, maka hukum paling ringannya (berhutang) ketika itu adalah makruh bahkan mungkin kami katakan haram. Itu pun dalam keadaan seperti ini (tidak ada yang dia andalkan/harapkan untuk melunaskan) wajib baginya untuk menjelaskan keadaannya kepada pemiutang sehingga pemiutang itu jelas (akan memberi hutang atau tidak)."_ (Syarhul Mumti' 9/95)
📝 Sumber: http://www.thoriqussalaf.com
⏩|| Grup Whatsapp Ma'had Ar-Ridhwan Poso
💽||_Join chanel telegram
http://telegram.me/ahlussunnahposo
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
📬 Diposting ulang hari Jum'at, 8 Rabi'ul Awwal 1440 H / 16 November 2018 M
🌐 http://www.nisaa-assunnah.com
📠 http://t.me/nisaaassunnah
🎀 *Nisaa` As-Sunnah* 🎀
Tags:
Fatwa