PERTANYAAN 1
Bismillah.
Afwan Ustadzah, saya memiliki pertanyaan, adakah batasan waktu untuk kita menjamak/mengqashar shalat ketika dalam kondisi safar?
Misal, kita berada di kota lain di tempat orang tua kita berada selama sebulan penuh, apakah selama itu kita menjamak/mengqashar shalat kita?
JAWABAN
Ada khilaf pendapat di kalangan para ulama tentang batas waktu bolehnya mengqashar shalat bagi musafir, tapi fatwa terakhir dari kibar ulama Saudi Arabia membatasi bolehnya mengqashar shalat selama tiga hari bagi musafir.
Allahu a'lam wabarakallahu fiki
PERTANYAAN 2
Bismillah.
Afwan Ustadzah, ana mau bertanya tentang postingan beberapa waktu yang lalu mengenai *10 Karakteristik Dakwah Salafiyyah*, yaitu ciri yang kelima: bersikap tengah-tengah antara sikap ghuluw (berlebihan) dan sikap kaku.
Yang dimaksud dengan bersikap tengah-tengah itu seperti apa?
Dan yang bersikap berlebihan itu seperti apa?
Bersikap kaku contohnya bagaimana?
Mohon penjelasan terkait ciri yang kelima tersebut.
Jazakillahu khairan.
JAWABAN
Dakwah Salafiyah diwujudkan dengan sikap pertengahan, yakni tidak berlebihan (ghuluw) dan tidak lembek maupun bersikap kaku.
Sikap berlebihan, kaku, juga sebaliknya lembek, adalah karakteristik dakwah kelompok yang menyimpang dari dakwah Salafiyah ahlussunnah, contoh sikap ghuluw adalah dakwah Shufiyah yang berlebihan dalam menjunjung tinggi kiai mereka yang seolah-olah 'maksum' (terjaga dari dosa) dan dianggap sebagai orang-orang suci. Dan contoh sikap kaku adalah dakwah Kharijiyah (khawarij) di mana mereka membabi buta mengkafirkan semua orang yang tidak sepaham dengan mereka, meskipun orang yang shalat lima waktu tetap mereka bantai dan halal darahnya menurut keyakinan kaku mereka yang menyimpang.
Adapun dakwah Salafiyah adalah dakwah pertengahan, tidak kaku dan tidak ghuluw.
Allahu a'lam wa barakallahu fiki.
PERTANYAAN 3
Ustadzah hafizhakillah, ana mau bertanya tentang Tauhid Uluhiyah.
Bagaimana dengan keadaan seseorang yang dahulu pernah mendatangi seorang dukun dan dia memercayai semua apa yang dikatakan olehnya. Adapun sekarang dia sudah bertaubat, menyesal dan ber'azzam tidak akan mengulanginya kembali.
Namun seringkali saat melewati proses hidup ini, terkadang masih terbayang-bayang dengan semua perkataan dukun tersebut, terkadang takut jika apa yang dikatakan dukun tersebut adalah benar.
Afwan Ustadzah, apakah taubat orang tersebut bisa diterima, lantaran terkadang tengiang-ngiang atau bahkan hampir percaya dengan perkataan dukun tersebut?
Bagaimana cara menghilangkan was was setan yang selalu membisikkan kebenaran mengenai perkataan dukun di masa yang lalu?
JAWABAN
Allah yang Maha Pengampun tidak pernah menolak taubat hamba-Nya selama pintu taubat belum tertutup, apalagi jika taubat nasuha, yakni menyesal dan berniat kuat tidak akan mengulanginya.
Jika kadang-kadang teringat ramalan dukun, maka ketahuilah itu dari setan. Hendaklah segera dibuang jauh-jauh ingatan itu dan kembali yakin dengan takdir Allah, yakini bahwa sesuatu yang terjadi karena kehendak dari Allah, sebaliknya yang tidak terjadi karena Allah tidak menakdirkannya dan sama sekali tidak ada hubungan dengan ramalan seorang dukun, dengan keyakinan itulah yang akan menghilangkan was-was dan bisikan setan.
Barakallahu fiki.
http://annisaa.salafymalangraya.or.id
http://bit.ly/nisaaassunnah
Nisaa` As-Sunnah